Daftar Harga Kepiting  
Minimal Penbelian 50 kg
Ukuran:
Jumbo 700up                    : 100 Ribu/Kg
Telur Besar 400up            : 100 Ribu/Kg
Telur                                 : 00 Ribu/kg
Jumbo                               : 90 Ribu/Kg
Super                                : 80 Ribu/Kg
Super 2                             : 60   Ribu/Kg
TG                                    : 40   Ribu/Kg


Saya masih tertarik untuk menuliskan soal penggunaan bahan organik yang mudah hancur dan terkomposkan untuk keperluan sehari-hari. Setelah sebelumnya soal pengikat buah durian yang menggunakan daun kelapa dibandingkan dengan penggunaan tali rafia, ternyata hal yang mirip dapat dijumpai pada kasus pedagang lain, yakni pedagang kepiting.
Kepiting di pasaran banyak dijumpai berupa kepiting laut dan kepiting bakau. Kepiting laut atau rajungan ini umumnya dijual sudah dalam keadaan mati dan diawetkan dengan cara pendinginan menggunakan es batu. Untuk kepiting bakau atau kepiting hijau yang sering dijual dalam keadaan hewan kepiting masih hidup. Kepiting yang masih hidup ini diikat dengan menggunakan bahan pengikat supaya tidak banyak bergerak atau menggunakan jepitnya.
Persoalan kepiting masih hidup inilah yang menyebabkan masalah tersendiri bagi penjual dan pembelinya. Di restoran yang besar kadang ada juga yang menyediakan bak akuarium untuk tempat kepiting bebas berjalan, sehingga pembeli dapat memilih kepiting yang akan dikonsumsinya sewaktu masih hidup. Bagi pedagang kecil termasuk para pengangkut maka tidak ada pilihan untuk harus mengikat kaki-kaki dan jepit yang di bagian tubuh kepiting.
Kepiting bakau siap jual.
Kepiting hidup dijual dengan jalan diikat menggunakan pelepah daun pisang atau tali rafia.

Kepiting harus diikat supaya tidak lari dan berkelahi.
Kepiting harus diikat supaya tidak lari dan berkelahi.
Jika dibiarkan bebas, maka kepiting banyak bergerak dan saling berkelahi antar mereka. Kadang mereka juga dapat pergi lari dari tempat wadah yang disediakan dengan jalan memanjat dan kemudian berlari cepat. Tentu saja yang paling parah adalah kepiting dapat menjepit orang-orang yang berada di sekitarnya dengan capit yang dimilikinya. Jepitan capit ini cukup kuat dan menyebabkan rasa sakit tersendiri. Dengan demikian cara paling mudah adalah dengan mengikat kaki-kaki dan cepitnya itu.
Selain alasan di atas, ternyata masih ada alasan lain supaya kepiting harus diikat. Kepiting ini dalam bergerak memerlukan energi dan energi ini ternyata diambilkan dari daging yang dimilikinya. Jadi kalau kepiting banyak bergerak sementara pasokan makanannya terbatas, maka biasanya daging yang dimilikinya menjadi susut. Hal ini tentu saja tidak disukai oleh para pembelinya. Untuk itu supaya kepiting tidak banyak bergerak harus diikat.
Supaya kepiting yang diikat tetap hidup maka pedagang harus menjaga kelembaban tubuh kepiting. Cara yang dilakukan adalah dengan secara rutin memercikan air ke kepiting. Untuk mengetahui kepiting terikat masih hidup atau tidak , maka dapat mudah dilakukan dengan mengecek respon mata kepiting. Jika tangan kita seolah mau menyentuhnya dan mata kepiting merespon bergerak masuk ke cangkang, berarti kepiting masih hidup.
Proses pengikatan kepiting.
Proses pengikatan kepiting.
Kepiting yang diikat pelepah daun pisang.
Kepiting yang diikat pelepah daun pisang.
Sekarang kembali ke soal pengikatan kepiting yang saya maksudkan terkait dengan penggunaan bahan ramah lingkungan. Pengikatan kepiting pada dasarnya dapat dilakukan dengan bahan tali apa saja, yang penting tali harus dapat mengikat kuat dan tidak mudah lepas akibat perpindahan kepiting atau juga karena kepiting yang memaksa bergerak-gerak. Di pasaran dijumpai bahwa pengikatan kepiting sering dilakukan dengan menggunakan pelepah dauh pisang atau banyak juga yang menggunakan tali rafia / tali plastik. Bahan-bahan ini sering digunakan karena mudah dijumpai di lokasi penangkap atau peternak kepiting.
Jadi begitu kepiting ditangkap di areal pertambakan atau pesisir yang banyak hutan bakau, oleh penangkap segera diikat dengan menggunakan tali yang telah disiapkan. Setelah itu kepiting diceburkan ke wadah berisi air bersih atau disemprot supaya terbebas dari kotoran lumpur yang melekat di bagian tubuh kepiting. Kepiting kemudian siap dibawa ke pasar atau dijual ke daerah lain sudah dalam keadaan terikat. Dalam memprosesnya pembeli nantinya tinggal mudah saja untuk melepaskan ikatan kepiting ini. Cara melepaskannya adalah dengan mudah menarik ujung pelepah yang diselipkan ke bagian lilitan yang lain. Setelah ditarik, pelepah akan lolos dengan sendirinya dan kepiting terlepas dari ikatannya.
Pemilihan bahan pengikat inilah yang menarik perhatian. Kalau di lokasi banyak tersedia hamparan pohon pisang, maka pelepah daun pisang ini dapat menjadi pilihan. Jadi orang dapat menggunakan daun pisang untuk dijual dan dijadikan bahan pembungkus, sementara pelepah daun pisang ini dapat digunakan untuk tali pengikat kepiting. Pelepah ini perlu dilayukan terlebih dahulu sehingga mudah untuk ditekuk atau dililitkan pada kepiting. Tetapi dengan saat ini penangkapan kepiting besar-besaran serta kebutuhan untuk pengikatan kepiting yang diternakkan maka seringkali orang kekurangan dengan pasokan pelepah daun pisang ini. Mereka harus mencari dari tempat lain dan masih harus mengeringkan lagi.
Dengan adanya masalah tersebut maka para penangkap dan peternak kepiting pun mengalihkan untuk menggunakan bahan tali yang mudah diperoleh. Jenis tali ini tentu saja adalah tali rafia atau tali plastik yang diproduksi di pabrik. Tali ini banyak dijual di berbagai tempat dengan harga yang relatif tidak mahal. Bahkan untuk pengikatan kepiting, dapat menggunakan tali rafia yang dibelah menjadi beberapa bagian, yang penting masih cukup kuat untuk mengikat kepiting.
Persoalan dengan penggunaan pelepah sebagai pengikat kepiting ini ternyata ada juga. Kalau diikat dengan pelepah daun pisang, maka saat penimbangan tali pengikat tentu saja akan terus diikutkan untuk ditimbang. Tidak mungkin tali pengikat dilepas dulu sebelum kepiting ditimbang. Jika dibandingkan dengan tali rafia yang ringan, maka berat kepiting yang diikat dengan pelepah daun pisang akan bertambah. Terlebih jika kepiting sering disiram air, yang menyebabkan pelepah menyerap air. Jadi pembeli memilih untuk kepiting yang diikat dengan tali rafia. Untuk mengatasi hal ini maka harga jual yang sebenarnya perlu diatur, sehingga pembeli tidak merasa dirugikan.
Kepiting yang dijual dengan pelepah daun pisang kurang menarik perhatian. Hal ini karena terkesan kotor sehingga menjadi kurang disukai pembeli. Kadang pembeli juga masih merasa takut dengan kepiting yang diikat menggunakan tali rafia, soalnya sering ikatan kendor maka pelepah akan terlepas. Dengan demikian capit kepiting akan dapat bergerak yang masih mungkin untuk menjepit orang yang memegangnya.
Sebenarnya untuk pemenuhan pasar lokal yang menghendaki kepiting masih hidup sehingga harus diikat, maka pilihan penggunaan pelepah daun pisang ini hendaknya tetap dipertahankan. Penangkap kepiting tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk membeli tali. Sementara itu dari sisi lingkungan, pelepah daun pisang dapat dibuang dan di alam akan terkomposkan dengan mudah. Bandingkan dengan tali plastik yang memerlukan waktu sangat lama untuk hancur di alam. Penggunaan pelepah daun pisang yang dapat menahan air juga memungkinkan kepiting tetap dapat bertahan hidup lebih lama karena kelembaban lebih terjaga.
Kepiting yang diikat tali rafia.
Kepiting yang diikat tali rafia.
Jika memang pilihan tetap menggunakan tali, maka mungkin dapat dipilih jenis tali dari bahan alam seperti tali dari ijuk, serabut kelapa atau tali rami. Tali-tali ini memang dapat hancur lagi tetapi sekarang mungkin sudah susah dijumpai lagi di pasaran kecuali harus dipesan khusus. Hal ini yang mungkin menjadi kendala bagi penangkap atau peternak kepiting untuk mendapatkan pasokan tali-tali ini.
Kalau dicermati kembali, sebenarnya para penangkap dan peternak kepiting yang menggunakan tali rafia ini juga dapat berkilah bahwa mereka sadar lingkungan. Mereka dapat saja bilang bahwa tali yang digunakan adalah tali rafia bekas yang diperoleh dari berbagai tempat. Jadi kalau sudah seperti ini mereka sudah menerapkan konsep reuse yang merupakan salah satu konsep 3R dalam lingkungan ini.
Jadi sebagai penggemar kepiting, tidak ada salahnya juga jika anda berpartisipasi dalam pelestarian alam. Cobalah selalu untuk memilih kepiting yang diikat pelepah daun pisang dan menyarankan supaya mengurangi penggunaan tali plastik. Satu lagi yang tidak kalah pentingnya adalah tidak membeli kepiting tangkapan liar yang masih kecil-kecil ataupun kepiting liar dalam keadaan bertelur. Kalau sudah anjuran seperti ini memang susah untuk dilakukan, tetapi hendaknya coba diperhatikan saja dulu. Semoga bermanfaat.
Silakan yang mau beli kepiting.... dipilih...dipilih....
Silakan yang mau beli kepiting.... dipilih...dipilih....
Baca juga tulisan lain soal Kepiting :

Pengiriman via pesawat

Kami menyediakan BENIH LOBSTER ATAU INDUK dan bisa mengirimkan ke segala wilayah di Indonesia.

Silahkan hubungi kami untuk mendapatkan BENIH LOBSTER ATAU INDUK baik untuk wilayah Pulau Jawa maupun wilayah luar Pulau Jawa. Untuk pemesanan hubungi kami segera di:

 

Ringkasan Produk

Peringkat

1star1star1star1star1star

Aggregate Rating

Produsen.

https://jualbenihlobster085397575767.blogspot.com/

Email :argolobsterfram@gmail.com

NoTelfon  Wa /sms: 085397575767

Metode Pemesanan

 

NAMA LENGKAP                     :             

ALAMAT LENGKAP             :             
KODE POS                             :             
NOMOR TLP/Hp                   :             
NAMA BARANG                  :            
JUMLAH BARANG              :            
BANK PEMBAYARAN        :   MANDIRI / BRI / BNI

KIRIM KE WHATSAPP      :  085397575767

ALAMAT
RT 01 RW 05 Dusun Rejoso, Desa Gunung Rejo, Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan - Jawa Timur
Cabang 1 : Perumahan Pejaya Anugrah Blok B No B5 Kramat Jegu, Taman, Sidoarjo
HUBUNGI KAMI
WA/SMS : 085397575767

 

PENGIRIMAN LUAR KOTA

Aceh Bali Banten Bengkulu Gorontalo DKI Jakarta Jambi Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Timur Kalimantan Utara Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau Lampung Kepulauan Maluku Maluku Utara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Riau Sulawesi Barat Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Sumatera Barat Sumatera Selatan Sumatera Utara Daerah Istimewa Yogyakarta Seluruh Indonesia